Loading...
You are here:intronesia/introPiknik./Rumah Tjong A Fie Mansion, Destinasi Wisata Bersejarah di Kota Medan
Rumah Tjong A Fie Tempo Dulu
Rumah Tjong A Fie Tempo Dulu wisatamedan.net

Rumah Tjong A Fie Mansion, Destinasi Wisata Bersejarah di Kota Medan

24.09.2023 08:38 WIB
2-4 menit

Rumah Tjong A Fie, atau Tjong A Fie Mansion, yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Medan, merupakan salah satu tempat wisata bersejarah yang menarik. Rumah ini menjadi saksi bisu peran seorang Tionghoa dalam pembangunan Kota Medan di masa lampau.

Tjong A Fie (1860-1921) adalah seorang perantau asal Provinsi Guangdong, China, yang kemudian menetap di Medan sepanjang hidupnya. Dari seorang pekerja serabutan, ia berhasil menjadi seorang bankir dan pengusaha kaya-raya.

Selama hidupnya, Tjong A Fie terkenal akan kemurahan hatinya. Ia juga memainkan peran besar dalam pembangunan Kota Medan pada masa itu. Ia menyumbang untuk pembangunan Jembatan Berlian, serta menyediakan sumbangan untuk memasang jam besar di puncak gedung balai kota lama.

Tjong A Fie juga membangun kelenteng di Jalan Keling dan Pulo Brayan. Di Pulo Brayan, ia juga mendirikan tempat pemakaman dan mendirikan kumpulan kematian yang bertugas untuk merawat kuburan.

Selain itu, Tjong A Fie membangun rumah sakit yang diberi nama Tjie On Tjie Jan. Ia juga mendirikan rumah sakit khusus untuk merawat pasien penyakit lepra di Pulau Sicanang.

Ia bahkan turut serta dalam membangun kerukunan dan integrasi dalam masyarakat yang beragam. Ia menyumbang untuk pembangunan beberapa masjid, termasuk Masjid Lama Gang Bengkok, yang seluruh biaya pembangunannya ditanggung olehnya di atas tanah wakaf dari Datuk Haji M. Ali.

Hingga sekarang, Masjid Lama Gang Bengkok masih berdiri dan menjadi saksi sejarah integrasi antar etnis di Kota Medan.

Tidak hanya masjid dan kelenteng, Tjong A Fie juga membantu pembangunan gereja dan kuil Hindu sebagai tempat ibadah orang-orang India di Medan. Ia juga memberikan banyak bantuan dalam pembangunan sekolah-sekolah, termasuk sekolah Islam, Kristen, dan Tionghoa.

Selain berperan dalam dunia bisnis, Tjong A Fie juga aktif dalam dunia politik. Ia diangkat sebagai Kapitan Tionghoa (Majoor der Chineezen) untuk memimpin komunitas Tionghoa di Medan, menggantikan kakaknya, Tjong Yong Hian.

Dengan rekomendasi dari Sultan Deli, Tjong A Fie menjadi anggota Dewan Kota (Gemeenteraad) dan Dewan Kebudayaan (Cultuuraad). Ia juga diangkat sebagai penasihat pemerintah Hindia Belanda dalam urusan Tionghoa.

Salah satu hal yang luar biasa dari Tjong A Fie adalah penolakannya terhadap peonale sanctie, yaitu hukuman berat yang diberikan kepada kuli yang melanggar kontrak. Tjong A Fie menolak sistem ini yang membuat nasib buruh kontrak di perkebunan tidak berbeda dengan budak belian.

Sebagai pemilik perkebunan saat itu, penolakan Tjong A Fie terhadap peonale sanctie dan sikapnya yang membela kepentingan buruh merupakan hal yang tidak umum. Pemilik perkebunan lain tidak menyukai sikapnya, bahkan menuduhnya sebagai pengkhianat.

Pada tahun 1926, Tjong A Fie meninggal akibat pendarahan otak. Ia mewasiatkan seluruh kekayaannya, baik di Sumatra maupun di luar Sumatra, untuk dikelola oleh Yayasan Toen Moek Tong. Yayasan ini harus didirikan di Medan dan Sungkow pada saat ia meninggal.

Dalam wasiatnya, ia meminta agar yayasan tersebut memberikan bantuan keuangan kepada pemuda berbakat dan berkelakuan baik yang ingin menyelesaikan pendidikan mereka. Ia juga berharap yayasan tersebut membantu mereka yang tidak mampu bekerja dengan baik karena cacat. Selain itu, yayasan juga diminta untuk memberikan bantuan kepada korban bencana alam.

Semua bantuan tersebut diberikansemata-mata untuk tujuan kemanusiaan dan tanpa memandang suku, agama, atau ras.

Rumah Tjong A Fie, yang sekarang dikenal sebagai Tjong A Fie Mansion, telah diubah menjadi museum untuk memperingati peran dan warisan Tjong A Fie. Museum ini menampilkan koleksi artefak dan barang-barang bersejarah yang terkait dengan kehidupan dan kontribusi Tjong A Fie.

Pengunjung dapat menjelajahi ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan perabotan antik, lukisan, foto-foto keluarga, dan peralatan rumah tangga dari era tersebut. Museum ini memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan sosial, budaya, dan sejarah Kota Medan pada masa itu.

Selain itu, museum juga menggambarkan keberagaman budaya di Medan dan pentingnya toleransi antar etnis. Pengunjung dapat mempelajari tentang upaya Tjong A Fie dalam membangun kerukunan dan integrasi di antara komunitas Tionghoa, Melayu, India, dan Belanda.

Rumah Tjong A Fie Mansion telah menjadi salah satu tempat wisata populer di Medan. Pengunjung dapat mengagumi arsitektur yang indah, mengeksplorasi ruangan-ruangan yang elegan, dan merasakan atmosfer masa lalu yang kaya akan sejarah.

Cek berita, artikel, dan konten INTRONESIA di Google News