Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Rany Mauliani menjelaskan alasan rapat anggaran selalu digelar di Puncak, Bogor. Sebab, rapat membutuhkan tempat yang luas karena ramai dihadiri oleh pihak eksekutif dan legislatif.
"Kenapa pilih di Puncak? Karena kita butuh tempat rapat yang besarnya mumpuni sesuai dengan banyaknya mitra masing-masing komisi, kan sama-sama kita bisa lihat ketika rapat dilaksanakan serentak seluruh komisi beserta mitra, butuh space yang besar karena di DPRD tidak cukup," kata Rany kepada wartawan, Minggu (15/10/2023).
Rany juga merespons usulan evaluasi pelaksanaan rapat anggaran di Puncak, Bogor usai Ketua F-PDIP Gembong Warsono meninggal dunia. Menurutnya, tak bisa disimpulkan apabila kepergian politikus PDIP itu karena faktor kelelahan selepas mengikuti rapat di Puncak.
"Sebenarnya kan semua kembali ke pribadi masing-masing untuk bisa mengatur sendiri kesehatan masing-masing, kalau ada faktor kelelahan ya memang pasti lelah, sebenarnya mau di manapun rapatnya sama-sama lelah karena membahas anggaran dengan begitu banyak item dan lain-lain, maka dari itu kan sebaiknya kita harus bisa mengatur pola kesehatan kita pribadi, bila lelah ya ambil break sejenak, jadi kepergian almarhum enggak bisa juga menyalahkan agenda rapat di Puncak," jelasnya.
Selain itu, Rany juga menyampaikan para dewan diberikan kamar di resort tempat rapat diadakan. Sehingga, para dewan bisa memilih beristirahat di kamar yang telah disiapkan selepas rapat anggaran.
"Kita disiapkan tempat untuk istirahat sejenak bila lelah, bahkan kalau perlu menginap pun bisa mengingat terkadang rapat baru selesai tengah malam atau dini hari, semuanya pilihan ada pada kita sendiri," terangnya.
Politikus Gerindra itu juga mengingatkan bahwa saat ini mulai memasuki tahun politik. Selain disibukkan dengan pembahasan anggaran, para anggota dewan yang kembali maju dalam Pileg 2024 mendatang pasti disibukkan turun ke lapangan menemui konstituen mereka.
"Jadi faktor kelelahan mungkin bukan hanya karena rapat anggaran di Puncak, tapi memang dari almarhum Pak Gembong kita jadi bisa belajar untuk bisa lebih peduli pada diri sendiri terutama menjaga kesehatan dan mari kita doakan semoga beliau senantiasa tenang di sisi-Nya, kita teruskan semangat perjuangan nya, amin," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Legislator DKI Rasyidi mendorong agar Sekretariat Dewan DPRD mengevaluasi pelaksanaan rapat anggaran di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Dorongan ini menyusul Ketua F-PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meninggal setelah menghadiri rapat tersebut.
Rasyidi awalnya menjelaskan, selama beberapa hari terakhir, Gembong aktif mengikuti rapat anggaran di Komisi A DPRD DKI Jakarta. Bahkan hampir setiap hari rapat digelar sejak pagi hingga dini hari.
"Rapat badan anggaran (banggar) di Puncak. Semua anggota DPRD itu kan (ikut Banggar) Komisi A, B, C, D, E. Pak Gembong ini Komisi A. Kita semua ini mengejar waktu, (Banggar) ada yang sampai jam 10 (malam), Komisi A itu saya pernah dengar sampai jam 12 malam kan," kata Rasyidi kepada wartawan, Minggu (15/10/2023).
Untuk diketahui, DPRD DKI Jakarta kerap menggelar rapat anggaran di Grand Cempaka Resort, Bogor, Jawa Barat. Meskipun disediakan penginapan di resort milik BUMD DKI itu, beberapa anggota Dewan memilih pulang ke Jakarta selepas rapat dalam kondisi lelah, termasuk Gembong.
Rasyidi menyebutkan ada beberapa alasan para legislator Kebon Sirih enggan menginap di resort yang disiapkan. Salah satunya karena alasan mistis.
Selain disibukkan oleh jadwal rapat anggaran, menurut dia, Gembong disibukkan oleh jadwal reses ke daerah pemilihan (dapil) sehingga Rasyidi meyakini kondisi Gembong pun pasti menurun akibat kelelahan.
Rasyidi menjelaskan, Gembong langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) setelah jatuh pingsan. Namun nyawanya tak tertolong.
Atas hal ini, Rasyidi mendorong agar adanya evaluasi pelaksanaan rapat anggaran di Puncak. Politikus PDIP itu mengaku telah menyampaikan usulan tersebut kepada Plt Sekretaris Dewan DPRD DKI Jakarta Augustinus.
"Jadi menurut saya perlu dievaluasi lagi kalau Rapat Banggar di Grand Cempaka itu, tadi saya sudah sampaikan ke Pak Sekwan supaya tolong dievaluasi lagi karena kita pertama di sana itu bolak-balik, akibat bolak-balik itu. Walaupun di sana disuruh nginap tapi kita kurang betah tinggal di sana, itu masalahnya. Jadi perlu dievaluasi lagi di sana. Kita ini kan sudah seperti bapak-bapak itu saya juga yang lain itu sudah dewasa. Jadi perlu mendapat perhatian," ucapnya.