You are here:intronesia/agroNesia./10 Hewan yang Pernah Dikirim ke Luar Angkasa
10 Hewan yang Pernah Dikirim ke Luar Angkasa

10 Hewan yang Pernah Dikirim ke Luar Angkasa

18.10.2024 09:53 WIB
3-6 menit

Eksplorasi luar angkasa, dengan segala tantangan dan misterinya, telah menjadi salah satu pencapaian terbesar umat manusia hingga saat ini. Namun, perjalanan menuju bintang-bintang ini tidak dimulai dengan manusia. Jauh sebelum astronot pertama mengorbit Bumi, hewan-hewan telah menjadi pionir dalam eksplorasi ini.

Mereka adalah “astronot” pertama, dikirim ke luar angkasa untuk menguji batas-batas kemampuan makhluk hidup dan membuka jalan bagi misi manusia di masa depan.

Dari lalat buah hingga anjing, kucing, dan bahkan kura-kura, kita akan mengungkap kontribusi mereka yang tak ternilai bagi ilmu pengetahuan dan teknologi luar angkasa. Kita akan membahas bagaimana hewan-hewan ini membantu kita memahami efek perjalanan luar angkasa pada tubuh makhluk hidup, serta perdebatan etis yang muncul seputar penggunaan mereka dalam penelitian.

Inilah 10 hewan yang pernah dikirim ke luar angkasa:

Lalat Buah (Drosophila melanogaster) (1947)

Hewan pertama yang pernah merasakan perjalanan ke luar angkasa adalah lalat buah. Pada tahun 1947, ilmuwan dari Amerika Serikat mengirim lalat buah ke luar angkasa menggunakan roket V-2 bekas Jerman Nazi. Tujuan utama dari misi ini adalah untuk menguji dampak radiasi kosmik terhadap tubuh makhluk hidup, serta mengamati apakah lalat buah masih bisa berkembang biak setelah kembali ke Bumi.

Lalat buah yang diterbangkan ke luar angkasa dengan roket V-2 tidak menunjukkan efek mutasi dari radiasi kosmik. Mereka tetap hidup dan tidak menunjukkan efek mutasi yang signifikan

Anjing  Laika (1957)

Anjing pertama yang terbang ke luar angkasa adalah Laika, seekor anjing betina jenis Mongrel (Canis lupus familiaris) dengan berat 6 kg. Laika menjadi makhluk hidup pertama yang mengorbit Bumi, meskipun dia tidak selamat dari perjalanan tersebut. Laika meninggal karena dehidrasi dan suhu panas setelah beberapa jam meluncur ke orbit Bumi.

Meskipun misi Laika berakhir tragis, ia tetap menjadi simbol penting dalam eksplorasi luar angkasa. Pengorbanannya membuka jalan bagi misi-misi selanjutnya yang melibatkan hewan dan akhirnya manusia. Misi Laika membantu para ilmuwan mempelajari efek mikrogravitasi dan stres penerbangan luar angkasa pada tubuh.

Anjing Belka dan Strelka (1960)

Belka dan Strelka menjadi anjing pertama yang di kirim ke luar angkasa dan kembali hidup-hidup setelah menjalani penerbangan luar angkasa selama 27 jam. Mereka terbang di orbit Bumi menggunakan pesawat Sputnik 5 pada tanggal 19 Agustus 1960 dan kembali sehari kemudian.

Keberhasilan ini membuat Soviet melanjutkan perjalanan luar angkasa oleh manusia yang dilakukan Yuri Gagarin pada bulan April 1961.

Simpanse Ham (1961)

Pada tanggal 31 Januari 1961, Amerika Serikat meluncurkan simpanse bernama Ham ke luar angkasa menggunakan kapsul Merkurius yang diluncurkan oleh roket Redstone. Ham menjadi hewan besar pertama yang terbang ke luar angkasa dan melakukan penerbangan sub-orbital, mencapai ketinggian 252,65 kilometer dan  sebelum mendarat di lautan Atlantik

Ham membantu ilmuwan memahami bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan mikrogravitasi.

Kucing Felicette (1963)

Felicette, seekor kucing betina (Felis catus) , menjadi hewan lain yang terbang ke luar angkasa pada tahun 1963. Misi ini dilakukan oleh Perancis untuk menguji keselamatan kapsul dan sistem peluncuran. Felicette berhasil kembali ke Bumi dengan selamat, menunjukkan bahwa teknologi peluncuran dan kapsul telah cukup maju untuk digunakan pada makhluk hidup yang lebih kompleks. Sebelumnya, Perancis juga meluncurkan seekor kucing bernama Félicette pada tahun 1963. Namun, Félicette tidak selamat dari perjalanan tersebut.

Kura-Kura (1968)

Dua ekor kura-kura (Testudines) diterbangkan oleh Uni Soviet ke luar angkasa pada tahun 1968. Keduanya berhasil mengitari bulan dan berada di luar angkasa selama enam hari sebelum kembali ke Bumi. Misi ini membantu ilmuwan memahami bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan luar angkasa yang ekstrem.

Katak Lembu Amerika (Rana catesbeiana) (1970)

Pada tahun 1970, NASA meluncurkan pesawat ruang angkasa Orbiting Frog Otolith (OFO) dengan dua katak lembu Amerika di dalamnya. Proyek ini digunakan untuk menyelidiki mabuk perjalanan luar angkasa.

Elektroda ditanamkan ke dada dan sistem vestibular ke dalam telinga katak lembu untuk merekam data di keadaan tanpa gravitasi. Hasil studi memperlihatkan bahwa setelah 6 hari, katak lembu beradaptasi dan sistem vestibular mereka kembali normal.

Laba-Laba (1973)

Setelah keberhasilan Apollo 11 ke Bulan, pengiriman hewan ke luar angkasa pun jadi semakin digencarkan. Pada tahun 1973, dua laba-laba bernama Anita dan Arabella dikirimkan ke luar angkasa dalam Skylab 3. Mereka dipantau apakah mereka masih bisa menenun jaring. Hasilnya, Anita dan Arabella tetap bisa menenun jaring, tetapi jaringnya sedikit lebih halus daripada di Bumi, memperlihatkan pengaruh mikrogravitasi pada fungsi motorik.

Ikan (1991 dan 2012)

Ikan telah menjadi subjek penting dalam penelitian luar angkasa karena kemampuan mereka berenang dan adaptasi dengan lingkungan air. Pada tahun 1991, ubur-ubur (Aurelia aurita) pertama kali pergi ke luar angkasa dengan pesawat ulang-alik Columbia. Tujuannya untuk menguji perkembangan kehidupan hewan ini di titik gravitasi nol. Belakangan ini, ubur-ubur disebut bisa lahir di luar angkasa, tetapi mereka mengalami vertigo saat sampai di Bumi.

Pada tahun 2012, sebanyak 32 ikan medaka (Oryzias latipes) dikirimkan ke Stasiun Luar Angkasa International (ISS) dalam modul Kibo dari JAXA. Berkulit transparan, ikan medaka dikirim untuk percobaan bagaimana ikan-ikan akan merespons dampak radiasi, degradasi tulang, dan penyusutan (atrofi) otot. Selain ubur-ubur dan ikan medaka, beberapa jenis ikan lainnya juga pernah dikirim ke luar angkasa, termasuk ikan mas koki (Carassius auratus) dan ikan zebra (Danio rerio). Penelitian ini membantu memahami bagaimana gravitasi mempengaruhi perkembangan tulang dan sistem keseimbangan ikan.

Tokek (2014)

Lima tokek diterbangkan Rusia ke luar angkasa pada tahun 2014. Mereka memiliki misi untuk menguji apakah bisa melakukan berhubungan intim dalam keadaan nol gravitasi. Ketika sampai di Bumi, hewan ini dalam keadaan beku dan menjadi mumi. Meskipun misi ini tidak berhasil dalam hal reproduksi, namun masih memberikan informasi penting tentang adaptasi hewan di lingkungan luar angkasa, khususnya bagaimana mikrogravitasi mempengaruhi sistem reproduksi dan perilaku hewan.

Penggunaan hewan dalam penelitian, termasuk eksplorasi luar angkasa, telah lama menjadi perdebatan sengit. Para ilmuwan berpendapat bahwa pengorbanan hewan-hewan ini telah memberikan kontribusi besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan kita untuk memahami lebih dalam tentang alam semesta dan diri kita sendiri.

Namun, aktivis kesejahteraan hewan berpendapat bahwa hewan memiliki hak untuk hidup bebas dari penderitaan dan eksploitasi. Mereka mengkritik keras praktik-praktik yang membahayakan atau mengorbankan hewan, bahkan jika itu demi tujuan ilmiah.

Hewan-hewan yang pernah mencicipi kehidupan di luar angkasa telah berperan sebagai pelopor dalam eksplorasi luar angkasa. Mereka membantu ilmuwan memahami efek mikrogravitasi, mabuk perjalanan, radiasi kosmik, dan adaptasi makhluk hidup di lingkungan ekstrem.

Dari lalat buah yang pertama kali terbang ke luar angkasa hingga tokek yang mencoba reproduksi di luar angkasa, setiap hewan telah memberikan kontribusi penting dalam sejarah penerbangan luar angkasa.

Penting untuk diingat bahwa eksplorasi luar angkasa dengan hewan terus berlanjut hingga saat ini. Berbagai organisme, termasuk cacing, tikus, dan bahkan tardigrada (beruang air), telah dikirim ke luar angkasa untuk mempelajari efek lingkungan luar angkasa pada berbagai aspek kehidupan.

---

Sumber: mongabay.co.id

Cek berita, artikel, dan konten INTRONESIA di Google News

intronesia logo

intronesia.id adalah patform media digital sebagai opsi ruang informasi yang menyajikan berita dan informasi secara proporsional dan objektif.

©2024. PT Intro Media Indonesia