Subak adalah suatu pola kemasyarakatan mengenai air, baik mengenai akses, pengaliran, maupun pemanfaatannya. Disebut pola kemasyarakatan karena masyarakat yang membentuk budaya dan penghidupan (livelihood) adalah sekaligus pengelola air tersebut. Pembagian, partisipasi, serta durasi menjadi simbol dan fungsi tugas masyarakat. Berbeda dengan pola irigasi modern yang bersifat permanen, subak mengikuti dinamika masyarakat dengan melihat kebutuhan serta pilihan-pilihan siklus produksi.
Subak didasarkan pada filosofi Bali Tri Hita Karana, yaitu adanya hubungan yang selaras antara dunia roh, manusia, dan alam. Dengan filosofi ini, tujuan jangka panjang lebih dipentingkan, yaitu kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya, daripada kepentingan sesaat.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan hari ini bukan hanya penting secara praktis melainkan juga memberikan alam yang layak bagi masa depan. Dalam bahasa modern, hal ini dikenal dengan sebutan sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.
Dari satu sumber mata air, ada sekitar 50 petani yang bekerja bersama sehingga air dapat memberikan manfaat bagi semua anggota. Ada jejaring saluran air yang bisa dibuka dan ditutup. Jejaring ini dibangun secara bertahap dan terus-menerus.
Dengan adanya pengelolaan bersama ini, pencemaran air atau perusakan galangan air oleh satu anggota saja akan memberikan dampak buruk bagi semua. Hal ini memberikan fondasi kebersamaan, yaitu kepentingan bersama yang diperjuangkan bersama.
Kepentingan bersama tersebut dinyatakan dalam awig-awig. Dalam awig-awig juga dinyatakan hak dan kewajiban bagi anggota. Secara bergilir, anggota menjalankan tugas, termasuk menjaga air, melakukan kontrol air baku, membagi air, dan juga memelihara jejaring saluran air. Hal ini dilakukan baik di waktu siang maupun malam.
Diperkirakan, air akan semakin menjadi sumber konflik. Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, pernah menyebut bahwa orang akan berselisih lebih keras, jauh lebih keras, atas air dari pada atas minyak. Hal ini semakin terbukti ketika ada perubahan fungsi besar-besaran atas tanah dan air di hampir seluruh ekosistem penting di dunia.
Subak adalah pengetahuan dan teknologi yang memanfaatkan gerak alam itu sendiri. Satu mata air dapat menghidupi banyak jiwa, sekaligus dapat tetap menjaga kualitas air. Subak menjadi sebuah tawaran bagi dunia mengenai konservasi alam sekaligus pemanfaatan alam untuk banyak pihak. UNESCO mengakui subak sebagai Warisan Dunia.