Ramadhan merupakan salah satu bulan suci yang dinanti-nantikan oleh hampir seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Tidak hanya sekedar berpuasa dan memperbanyak ibadah sepanjang bulan, namun di bulan Ramadhan, berbagai tradisi kerap dilakukan di berbagai negara. Tradisi ini hanya terjadi setahun sekali.
Berikut 5 tradisi menarik yang biasa dilakukan saat Ramadhan dari berbagai negara, melansir Karam Foundation.
Orang Mesir menyalakan lentera warna-warni
Selama Ramadhan, masyarakat Mesir menghiasi jalanan dengan lentera Fanoos yang menyebarkan cahaya sepanjang bulan suci. Lentera ini melambangkan persatuan dan kegembiraan. Cerita tentang asal usul Fanoos di Mesir bermacam-macam.
Ada yang mengatakan bahwa pada hari kelima Ramadhan tahun 358 H (969 M) khalifah Fatimiyah Moaezz El-Din El-Allah pertama kali memasuki Kairo, kota yang didirikan oleh pasukannya. Saat ia tiba setelah gelap, warga datang berbondong-bondong sambil membawa lilin yang dilindungi bingkai kayu untuk mencegah ledakan, menyambut dan merayakan kedatangannya. Kemudian, struktur kayunya menjadi lentera bermotif.
Meriam ditembakkan saat berbuka puasa di Suriah
Dikenal dengan nama Midfa al Iftar, tradisi ini konon dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu ketika negara tersebut diperintah oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam. Saat menguji meriam baru saat matahari terbenam, Qadam secara tidak sengaja menembakkannya.
Suara itu bergema di seluruh Kairo. Hal ini menyebabkan banyak warga sipil berspekulasi bahwa ini adalah cara baru untuk menandai berakhirnya masa puasa. Belakangan, negara lain seperti Suriah dan Lebanon mengadopsi tradisi ini.
Ritual pembersihan menandai Ramadhan di Indonesia
Padusan (berarti "mandi") adalah tradisi Indonesia di mana umat Islam melakukan berbagai ritual pada hari sebelum Ramadhan untuk "menyucikan diri". Wali Songo adalah pendakwah pertama yang menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Pulau Jawa. Dipercaya bahwa merekalah orang pertama yang menyebarkan tradisi Padusan.
Penjaga kota Maroko melakukan shalat subuh
Selama bulan Ramadhan, pembawa pesan kota, Nafar, menjelajahi lingkungan Maroko dengan mengenakan kostum tradisional gandora, sandal, dan topi, sambil meniup klakson untuk membangunkan keluarga untuk sahur.
Orang memilih Nafar karena kejujuran dan empatinya. Tradisi ini dimulai pada abad ke-7 ketika seorang sahabat Nabi Muhammad SAW berkeliaran di jalanan saat fajar sambil menyanyikan sholawat merdu.
Anak-anak bernyanyi untuk manisan di Unie Emirat Arab (UEA)
Atau yang biasa disebut dengan Trick-or-Treating versi Muslim. Tradisi "Haq Al Laila" berlangsung pada hari ke 13, 14 dan 15 bulan Ramadhan. Tradisi ini berasal dari Bahrain, di mana anak-anak dengan pakaian warna-warni berkeliaran di sekitar distrik kota, mengumpulkan permen dan menyanyikan lagu-lagu tradisional setempat.
Nyanyikan Atona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang diterjemahkan dari bahasa Arab berarti "Berikan kepada kami dan Allah akan membalas Anda dan membantu Anda mengunjungi Rumah Allah di Mekah." Saat ini, tradisi tersebut dirayakan di negara-negara Teluk, dengan menekankan pentingnya ikatan sosial yang kuat dan nilai-nilai kekeluargaan.