intronesia.id, Persaingan dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 kian memanas dengan munculnya hasil survei kontradiktif dari dua lembaga kredibel. Poltracking Indonesia dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan hasil yang berbeda tajam, menciptakan dinamika menarik menjelang pencoblosan 27 November 2024.
Poltracking Indonesia mengejutkan publik dengan memprediksi Pilgub DKI berpotensi selesai dalam satu putaran. Ridwan Kamil-Suswono yang dikenal dengan nama RIDO mencatatkan elektabilitas 51,6 persen, sedikit melampaui ambang batas kemenangan 50 persen plus satu suara.
"Dari sisi elektabilitas ada potensi pilkada akan berlangsung dalam satu putaran. Meskipun angkanya masih relatif pas di 51,6 persen," ungkap Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yudha, dalam rilis survei daring, Kamis (24/10).
Namun, LSI justru melukiskan gambaran berbeda. Survei mereka menunjukkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno memimpin perolehan suara dengan 41,6 persen, unggul dari RIDO yang hanya meraih 37,4 persen. "Yang memilih RIDO itu 37,4 persen, Dharma-Kun itu 6,6 persen, sedangkan Pramono-Rano Karno itu 41,6 persen," jelas Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Perbedaan signifikan hasil kedua lembaga survei ini menambah ketegangan dalam pertarungan politik di ibu kota. Poltracking mencatat pasangan Pramono-Rano di posisi kedua dengan 36,4 persen, sementara pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana konsisten berada di posisi ketiga dengan angka yang bervariasi di kedua survei.
Meski demikian, Hanta Yudha mengingatkan bahwa masih ada waktu sebulan menjelang hari pencoblosan. "Selisihnya cukup lumayan, tapi masih ada pilkada punya waktu sekitar sebulan lebih kalau dari pengambilan data," tuturnya, membuka kemungkinan perubahan preferensi pemilih.
Kedua survei menggunakan metodologi yang kredibel. Poltracking melibatkan 2.000 responden warga DKI yang memiliki hak pilih, dengan margin of error sekitar 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 10-16 Oktober 2024 menggunakan metode multi stage random sampling.
Perbedaan hasil survei ini bisa menjadi cermin dinamika politik yang terus bergerak di Jakarta, sekaligus mengingatkan bahwa pertarungan menuju kursi gubernur masih jauh dari kata usai. Dengan waktu yang tersisa hingga pencoblosan, ketiga pasangan masih memiliki kesempatan untuk meyakinkan pemilih dan mengubah peta politik ibu kota.
