Loading...
You are here:intronesia/agroNesia./Kenapa Putri Malu Daunnya Menutup Saat Disentuh? Ini Penjelasan Peneliti
Peneliti menduga putri malu menutup daunnya saat disentuh untuk mengusir serangga yang hinggap di atasnya dan mengecoh satwa pemakan tumbuhan yang hendak memakannya untuk memilih tanaman lain yang terlihat lebih segar.
Peneliti menduga putri malu menutup daunnya saat disentuh untuk mengusir serangga yang hinggap di atasnya dan mengecoh satwa pemakan tumbuhan yang hendak memakannya untuk memilih tanaman lain yang terlihat lebih segar.

Kenapa Putri Malu Daunnya Menutup Saat Disentuh? Ini Penjelasan Peneliti

10.10.2023 14:32 WIB
2-4 menit

Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) memiliki perilaku menutup daun yang telah menarik minat para peneliti. Ketika disentuh, daunnya akan bergerak menangkup, bahkan juga saat malam hari. Hal ini mirip dengan perilaku tidur pada tanaman ini. Daun putri malu baru akan mekar kembali di pagi hari saat matahari bersinar.

Salah satu alasan mengapa daun putri malu menutup saat disentuh adalah untuk mengusir serangga yang hinggap di atasnya. Selain itu, perilaku ini juga dapat mengecoh hewan herbivora yang ingin memakannya dengan membuatnya terlihat layu, sehingga hewan tersebut akan memilih tanaman lain yang lebih segar.

Menarik untuk mengamati perilaku unik tanaman ini yang berasal dari Amerika timur beriklim tropis. Namun, ada kalanya tanaman ini tidak bereaksi meskipun telah disentuh beberapa kali. Hal ini dikarenakan tanaman putri malu memiliki kemampuan untuk membedakan gangguan yang berbahaya dan tidak berbahaya. Dengan kata lain, tanaman ini dapat belajar dan mengingat.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Monica Gagliano dan koleganya dari Australia dan Italia membuktikan bahwa putri malu memiliki kemampuan belajar dan mengingat yang mirip dengan binatang. Mereka melakukan percobaan dengan melatih ingatan putri malu dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam percobaan tersebut, beberapa tanaman putri malu diletakkan dalam pot dan pot tersebut dijatuhkan dari ketinggian 15 cm berulang kali. Respon tanaman diamati dengan mengukur lebar daun setelah dijatuhkan. Selain itu, tanaman juga diberi perlakuan cahaya redup dan terang selama 12 jam, serta dibiarkan tanpa cahaya selama 12 jam.

Selama percobaan, tanaman juga diberi tetesan air dan digoyang-goyangkan. Semua perubahan pada daun diamati dan diukur. Percobaan ini diulang pada hari ke-28.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun putri malu akan membuka lebih cepat pada tetesan air keempat hingga keenam. Hal ini menunjukkan bahwa putri malu dapat belajar bahwa tetesan air bukanlah ancaman, dan daunnya akan membuka lebih cepat untuk melakukan fotosintesis. Beberapa tanaman percobaan bahkan tidak menutup daun sepenuhnya setelah beberapa kali dijatuhkan.

Ketika percobaan dilakukan lagi setelah 28 hari, putri malu menunjukkan respons yang mengonfirmasi hasil percobaan sebelumnya. Tanaman ini tampaknya mengetahui kebiasaan baru dan mengambil tindakan tertentu sebagai respons terhadap pembelajaran sebelumnya.

Mengutip dari Sci News, mereka berhasil menunjukkan tanaman putri malu berhenti menutup daunnya ketika mengetahui bahwa gangguan yang berulang-ulang tidak menimbulkan dampak kerusakan yang berarti. Uniknya, tanaman ini mampu mengingat apa yang telah dipelajari selama beberapa minggu tadi, bahkan setelah kondisi lingkungan berubah.

“Yang mengherankan, Mimosa dapat menunjukkan respons yang dipelajari bahkan ketika tidak diganggu di lingkungan yang lebih menguntungkan selama sebulan. Perubahan perilaku yang dipelajari dalam jangka waktu yang relatif lama sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya ini cocok dengan efek pembiasaan yang terus-menerus diamati pada banyak hewan,” tulis para peneliti dalam laporan yang diterbitkan jurnal Oecologia.

Penemuan ini memiliki implikasi besar yang dapat mengubah pandangan kita tentang batasan antara tumbuhan dan binatang, serta tentang definisi pembelajaran itu sendiri.

“Tanaman mungkin tidak memiliki otak dan jaringan saraf, namun mereka memiliki jaringan sinyal berbasis kalsium yang canggih di selnya mirip dengan proses memori hewan,” jelas mereka.

Seiring dengan perkembangan penelitian dalam bidang psikologi, kemampuan belajar dan mengingat telah banyak diteliti pada manusia dan beberapa spesies hewan. Namun, sekarang penelitian semacam itu juga melibatkan teknologi kecerdasan buatan, yang menunjukkan bahwa bahkan mesin dapat melakukan hal serupa.

Dengan semakin banyaknya penelitian serupa terhadap tumbuhan, tampaknya hanya masalah waktu sebelum kita memahami bahwa kemampuan untuk beradaptasi dan mengolah informasi dari lingkungan juga dapat ditemukan pada tumbuhan.

Cek berita, artikel, dan konten INTRONESIA di Google News