Doktor Lulusan Terbaik dan Tercepat dari BSIP Kementan

11.10.2023 19:07
2-4 menit
Dr. Wage Ratna Rohaeni, SP. MSi berhasil mengukir prestasi dengan menjadi wisudawan Program Doktor terbaik di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan IPK 4.00.
Dr. Wage Ratna Rohaeni, SP. MSi berhasil mengukir prestasi dengan menjadi wisudawan Program Doktor terbaik di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan IPK 4.00. Istimewa

intronesia.id, Dr. Wage Ratna Rohaeni, SP. MSi berhasil mengukir prestasi dengan menjadi wisudawan Program Doktor terbaik di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan IPK 4.00. Tak hanya itu, masa studinya ditempuh selama 23 bulan dan menghasilkan 3 publikasi internasional dan nasional.

“Mampu lulus selama 23 bulan mungkin agak gila dan tidak mudah untuk mahasiswa dengan jenis penelitian di lapang dan laboratorium,” ungkap Ratna melalui keterangan tertulis pada Rabu (11/10/2023).

Saat ini, Ratna bekerja di Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (Ex. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi), Badan Standarisasi Intrumen Pertanian (BSIP) – Kementerian Pertanian. Ia bekerja sebagai Pemulia Padi terutama untuk Padi Biofortifikasi Zn, Green Super Rice, dan tadah hujan.

Ratna juga bergabung sebagai Praktisi Pengajar Kemenristek Dikti untuk Bidang keahlian Pemuliaan. Sebelumnya, ia lulus S1 Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih dan melanjutkan S2 Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman di IPB.

“Memilih Program Doktor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman merupakan tuntutan profesi sebagai scientist dan pemulia padi. Menjadi pemulia adalah passion yang sudah mendarah daging dan membiru jiwa,” ungkap Ratna.

Ratna mengisahkan, awal masuk studi sebagai Angkatan 2021 IPB University saat situasi pandemi Covid-19, semua serba online dan bimbingan dengan komisi pembimbing sangat terbatas. Namun Ratna tidak menyia-nyiakan amanah sebagai petugas belajar dari beasiswa Litbang BSIP, Kementan.

Ratna mengaku sangat mencintai dunia pemuliaan padi khususnya untuk padi-padi bernutrisi Zn tinggi karena akan sangat bermanfaat untuk menjadi salah satu teknologi pilihan untuk program pencegahan stunting nasional. “Rasa cinta tersebut membuat saya sangat enjoy menjalani studi dan riset,” tuturnya.

Bahkan, Ratna mengaku sampai tergila-gila dalam setiap langkah di 7 set penelitian lapang dan laboratorium untuk disertasi sehingga lupa waktu. “Sampai pada akhirnya di tengah perjalanan diingatkan Allah SWT untuk istirahat sejenak tumbang masuk rumah sakit,” ungkapnya.

Beruntungnya, menulis karya tulis ilmiah merupakan sebuah hobi yang membuat ketagihan. Ratna pun berhasil menyelesaikan riset disertasi berjudul, “Studi Fiksasi Karakter Kandungan Zinc Tinggi Pada Populasi Turunan Padi Biofortifikasi Serta Variabilitas Ekspresinya Pada Lahan Tadah Hujan”.

Karya tulis dan varietas padi Nutrizinc yang dinikmati orang adalah ladang amal ibadah dan penyemangat bagi Ratna.

Pencapaian selama studi di IPB tak lepas dari peran penting pembimbing, teman-teman dan keluarga. Ratna merasa sangat beruntung dibimbing Dr. Hajrial Aswidinnoor, Prof. Munif Ghulamahdi, Dr. Trikoesoemaningtyas, Dr. Willy Bayuardi Suwarno, dan Dr. Untung Susanto.

Prof. Fadjry Djufry yang merupakan Kepala BSIP turut hadir dan mempromosikan pada Sidang Promosi Doktor pada 27 Juli 2023. Acara ini juga dihadiri Dr. M. Thamrin selaku Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi.

Penelitian disertasi ini terbilang menarik dan menghasilkan 3 publikasi terbit yakni 1 Publikasi Q2 di Sabrao tentang asam fitat padi Zn tinggi, 1 publikasi Q3 di Biodiversitas tentang Keragaman Genetik dan Pola Akumulasi Zn pada beberapa organ padi, dan 1 Jurnal Sinta 2 di Jurnal AGRO tentang Zn pada beras berwarna.

“Terdapatnya pola akumulasi yang unik dan beda antar jenis/varietas padi dapat dijadikan dasar riset selanjutnya untuk riset biofortifikasi pendekatan secara agronomi,” tuturnya.

Selain itu, dihasilkannya 8 galur harapan padi Zn tinggi dan asam fitat rendah serta merupakan turunan beras aromatik membuat hasil riset ini cukup seksi untuk dilanjutkan penelitiannya sampai akhirnya bisa lulus pelepasan varietas unggul baru.

Menurut Ratna, menjadi mahasiswa bukan hanya sekedar bicara IPK dan siapa yang menjadi terbaik, tapi siapa yang bisa banyak berbuat baik sebelum dan setelah amanah gelar disematkan.

“Bagi saya, menjadi mahasiswa adalah sebuah ‘privilege’ yakni keistimewaan yang tidak semua pemuda diberkahi kesempatan untuk merasakan bangku kuliah S1, S2, bahkan sampai pencapaian puncak studi yakni S3,” tutur Ratna.

“Mahasiswa adalah bagian dari 35% pemuda Indonesia yang diberi keberkahan dalam kesempatan menimba ilmu, menjadi salah satu bagian yang telah menjalani peluang, kenikmatan, sekaligus tanggung jawab atas ilmu yang diperoleh,” imbuhnya.

Bagi Ratna, kuliah itu seperti membeli sebuah situasi yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk belajar, membentuk jejaring, skill dan attitude yang baik, bertemu dengan berbagai teman yang berasal dari berbagai civitas scientist, berbagai suku dan budaya bahkan beda negara.

Pasca studi S3, Ratna akan kembali kerja untuk melanjutkan pengujian dan standarisasi terhadap galur-galur harapan yang telah diperoleh sampai dapat dilepas nanti, melakukan kolaborasi kegiatan lintas institusi, sharing ilmu, dan meneruskan hobi menulis dalam bentuk publikasi apapun.

“Amanah dan challenge yang dipercayakan telah saya tunaikan, dan tentunya hasil riset ini semoga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang pada akhirnya harus dapat mendarat dengan baik di tangan petani Indonesia untuk pencapaian swasembada pangan berkelanjutan,” pungkasnya.

(Ikh)

intronesia logo

intronesia.id adalah patform media digital sebagai opsi ruang informasi yang menyajikan berita dan informasi secara proporsional dan objektif.  "cintai indonesia dengan caramu"

©2024. PT Intro Media Indonesia