intronesia.id, Jakarta - Satu lagi satelit milik Indonesia meluncur ke orbitnya di luar angkasa. Satelit tersebut bernama Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) yang meluncur dari dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat.
SATRIA-1 merupakan satelit internet pertama milik Pemerintah Indonesia yang dipersiapkan untuk layanan internet bagi masyarakat Indonesia yang tinggal wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar) satelit ini akan mengisi slot orbit di 146 Bujur Timur (BT).
Bagi Indonesia SATRIA-1 bukan satelit pertama yang dimiliki. Indonesia punya satelit sudah sejak abad 20 lalu. Uni Sovyet (sekarang Russia) dan Amerika Serikat memang menjadi negara pertama atau generasi pertama yang memiliki satelit yang ada di angkasa luar. Namun Indonesia boleh bangga, karena merupakan negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang memiliki satelit.
Satelit pertama ke angkasa luar adalah Sputnik milik Uni Sovyet tahun 1957. Sejak saat itu manusia mulai meluncurkan satelit yang merupakan satu teknologi canggih pada masa itu. Kemudian teknologi satelit pun berkembang demikian pula dengan manfaatnya berkembang pesat.
Fungsi satelit menurut Muhammad Taufik Raisal dan Abu Yazid Raisal dalam “Satelit Pertama di Negara-Negara Asia Tenggara,” (2020) selain memudahkan kita dalam urusan berkomunikasi, juga sebagai alat navigasi dan pertahanan, memungkinkan satelit digunakan untuk penjelajahan jarak jauh dalam tata surya kita. Satelit sudah menjadi inti dari kehidupan umat manusia.
Indonesia pun mulai memasuki era teknologi canggih tersebut dengan meluncurkan satelit nasional yang diberi nama satelit Palapa A1 tahun 1976. Satelit Sputnik dan satelit Palapa termasuk kategori satelit tak berawak. Ada juga satelit yang berawak, antara lain space shuttle (Atlantis, Columbia, Discovery, dan Endeavour) yang dimiliki Amerika Serikat.
Satelit Palapa-A1 merupakan satelit pertama milik Indonesia diluncurkan tanggal 8 Juli 1976 dari Kennedy Space centre, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Sejak saat itu Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara atau Asean yang memiliki satelit komunikasi satelit domestik (SKSD).
Tidak sampai satu tahun setelah peluncuran satelit Palapa-A1 Indonesia kembali meluncurkan satelit Palapa-A2 dari tempat yang sama di Amerika Serikat pada tanggal 11 Maret 1977. Nama Palapa diberikan langsung oleh Presiden Soeharto dengan merujuk pada “Sumpah Palapa” Gajah Mada yang bertekad menyatukan Nusantara.
Satelit Palapa-A memiliki 12 transponder yang wilayah jangkauannya mencakup Indonesia, ASEAN, ditambah Papua Niugini. Sejak saat itu satelit Palapa bukan hanya untuk kepentingan domestik, tetapi juga satelit yang bermanfaat untuk kepentingan regional negara-negara ASEAN.
Dengan cakupan jangkauan yang tidak hanya wilayah Indonesia, negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura menyewa transponder Palapa untuk keperluan komunikasi dalam negeri mereka.
Filipina lewat Domestic Satellite Philippines Inc (Domsatphil) waktu itu menyewa 1½ transponder, Malaysia lewat Jabatan Telekom Malaysia menyewa 1 transponder, Thailand lewat Bangkok Broadcasting TV and Co Ltd (BBTV) menyewa 1 transponder, sedangkan Singapura menyewa Palapa untuk keperluan hubungan lintas batas antara Singapura dan beberapa kota di Indonesia.
Setelah Palapa generasi pertama (Palapa-A1 dan A2) habis masa operasionalnya pada tahun 1983. Pada masa jayanya, satelit ini disewa negara tetangga dengan tarif sewa US$ 693.000 / transponder / tahun. Sedangkan untuk tiap unit US$ 500 / tahun.
Kemudian Indonesia meluncurkan satelit Palapa generasi kedua (Palapa B1 dan B2) yang beroperasi sampai tahun 1990, dan begitulah seterusnya sampai kini. Indonesia adalah negara berkembang pertama di dunia yang mempelopori penggunaan satelit untuk komunikasi domestik.
Di dalam negeri, setelah satelit Palapa-A1 beroperasi, menurut data Ditjen Pos dan Telekomunikasi, penggunaan satelit komunikasi ternyata memberi dampak meluas. Trafik pembicaraan telepon di Indonesia meningkat pesat. Pembicaraan telepon otomat pada tahun 1976 tercatat 1.137.971.712 pulsa. Tahun 1977 meiningkat menjadi 1.543.183.738 pulsa, tahun 1978 kembali naik menjadi 2.164.647.936 pulsa, tahun 1979 sebanyak 2.504.542.206 pulsa dan tahun 1990 meningkat sampai 3.353.441.979 pulsa.
Satelit Palapa menjadi wahana pertama penyambung komunikasi di nusantara. Satelit ini punya arti penting bagi Indonesia, sekaligus kebanggan bangsa Indonesia karena mampu dengan negara maju di dunia yang telah lebih dahulu memiliki satelit, yaitu Amerika Serikat dan Kanada dan Amerika Serikat.
Kehadiran satelit Palapa ikut menaikkan harga diri bangsa Indonesa di mata dunia internasional. Bagi Presiden RI kedua, Soeharto, peluncuran satelit Palapa juga menjadi tonggak penting di era pembangunan nasional yang dia gerakkan. Ini menunjukkan keberhasilan perekonomian Indonesia kala itu.