intronesia.id, PT Pertamina (Persero) buka suara soal dana sebesar US$300 juta atau setara Rp4,65 triliun (asumsi kurs Rp15.509 per dolar AS) yang mengendap di Venezuela dan kemudian disebut Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan akan dicairkan AS.
Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan dana tersebut merupakan dividen atas akuisisi kepemilikan anak usaha PT Pertamina Internasional EP (PIEP) dengan BUMN Venezuela, yakni Petróleos de Venezuela, S.A. (PDVSA).
Adapun anak usaha PIEP yang dimaksud adalah Maurel & Prom S.A. (M&P).
"Estimasi angka tersebut merupakan dividen atas akuisisi kepemilikan anak usaha Pertamina dengan PDVSA (BUMN Migas Venezuela) di akhir 2018," kata Fadjar kepada CNNIndonesia.com, Minggu (19/11).
Ia menyebut Pertamina memang memiliki aset di Venezuela. Sementara, dana US$300 juta tadi merupakan hasil dividennya.
Fadjar mengatakan dividen itu masih mengendap karena Venezuela terkena sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat (AS) sejak 2017 lalu.
Sanksi AS juga ditujukan terhadap ekspor minyak Venezuela. Karena Venezuela bergantung pada ekspor minyak, embargo yang diberlakukan AS sejak awal 2019 telah secara efektif mencekik seluruh perekonomian dan melumpuhkan solusi kebijakan apa pun.
Fadjar pun berharap dividen sebesar US$300 juta tadi bisa segera cair dalam waktu dekat.
"Masih proses. Pintunya harus lepas sanksi dulu, mudah-mudahan bisa lancar," kata dia.
Kabar mengenai dividen Pertamina di Venezuela diungkapkan oleh Luhut. Ia mengaku sempat dibesuk John Kerry, utusan khusus Presiden AS Joe Biden, saat dirawat di Singapura.
Dalam pertemuan dengan John Kerry, kata Luhut, ia sempat menceritakan dana Pertamina sebesar US$300 juta mengendap di Venezuela.
Setelah mendengar itu, tutur Luhut, John langsung menelpon Amos Hochstein, tangan kanan Presiden Joe Biden untuk membantu persoalan itu.
"Dari telepon yang singkat itu lah dana Pertamina yang tertahan selama hampir lima tahun, akhirnya bisa segera dikembalikan," katanya dalam akun instagram pribadinya, Sabtu (18/11).
Luhut mengatakan bantuan yang diberikan anak buah Joe Biden itu tidak terlepas dari hubungan baik AS dengan Indonesia yang terjadi karena keteladanan yang ditunjukkan Presiden Jokowi.
Luhut mengatakan sikap Presiden Jokowi membuat para pemimpin dunia menghormatinya.
"John Kerry jenguk saya ke Singapura. Saya juga terus terang jujur nanya saya ini siapa sih kok sampai John Kerry minta betul ketemu saya. Ujung-ujungnya adalah penghormatan mereka kepada Presiden Jokowi," katanya.