Kalawai adalah salah satu senjata tradisional khas daerah Papua dan Maluku yang digunakan untuk berburu ikan sejak zaman dahulu. Kalawai digunakan oleh para nelayan saat mencari ikan, gurita, teripang yang berada di perairan dangkal atau saat air laut sedang surut.
Bentuk Kalawai hampir mirip seperti tombak. Bedanya, sementara tombak hanya bermata satu, kalawai umumnya bermata tiga. Bahkan ada juga nelayan yang membuat Kalawai dengan 4-5 mata besi yang tajam. Selain itu, kalawai juga lebih panjang dari tombak.
Pegangan kalawai biasanya terbuat dari buluh (bambu). Ujungnya diberi besi tajam. Besi tersebut harus lebih dari satu, dan diikat melingkari buluh tersebut. Di masa silam, mata kalawai dibuat dari kayu tajam.
Istilah “kalawai” sendiri berasal dari bahasa Maluku, yaitu kala yang berarti tikam dan wai yang berarti air. Dari pengertian ini, jelas kalau kalawai merupakan alat atau senjata tajam yang biasanya dipergunakan di dalam air untuk menangkap hewan laut atau ikan di sungai.
Peralatan tradisional ini sudah digunakan nelayan Papua dan Maluku sejak dulu dan bertahan sampai sekarang. Nelayan di sana biasanya berangkat mencari ikan pada waktu malam. Setelah berada di tengah laut atau sungai, nelayan menebarkan umpan terlebih dahulu agar ikan-ikan berkumpul mendekati perahu.
Untuk memperoleh hasil maksimal, nelayan menggunakan lampu petromaks untuk menarik ikan mendekati perahu. Ikan-ikan biasanya menyukai wilayah yang ada penerangannya.
Ketika sudah banyak ikan mendekat, nelayan akan menggunakan kalawainya untuk menombak ikan-ikan tersebut.
Alat tangkap ikan tradisional asli masyarakat Maluku dan Papua ini sudah digunakan sejak dulu dan bertahan hingga saat ini. Alat tradisional ini tentu ramah lingkungan. Kalawai tak merusak ekosistem laut karena hanya mengambil tangkapan yang seperlunya saja.