Ribuan Santri Kepung Polda DIY, Protes Keras Peredaran Miras dan Kasus Penusukan

29.10.2024 20:02
1-2 menit
Gelombang protes besar terjadi di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) DIY pada Selasa (29/10) pagi, ketika ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di seluruh wilayah Yogyakarta menggelar aksi demonstrasi.
Gelombang protes besar terjadi di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) DIY pada Selasa (29/10) pagi, ketika ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di seluruh wilayah Yogyakarta menggelar aksi demonstrasi. Radar Jogja

intronesia.id, Yogyakarta - Gelombang protes besar terjadi di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) DIY pada Selasa (29/10) pagi, ketika ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di seluruh wilayah Yogyakarta menggelar aksi demonstrasi. Aksi ini dipicu oleh kasus penusukan santri yang diduga terkait dengan peredaran minuman keras (miras) di kawasan Brontokusuman pekan lalu.

Sejak pukul 08.30 WIB, bus-bus berisi santri dari berbagai pondok pesantren ternama seperti Assalafiyah Mlangi, Al Imdad Bantul, dan Al Munawwir Krapyak mulai berdatangan. Aksi ini tidak hanya diikuti oleh para santri, tetapi juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi Islam seperti Banser, Pagar Nusa, Fatayat, dan Ansor, serta pejabat PWNU DIY.

"Jogja Darurat Miras!" demikian salah satu tulisan yang terpampang di spanduk para pengunjuk rasa. Poster-poster kreatif lainnya juga menarik perhatian, termasuk sindiran yang menghubungkan sepak bola dengan isu miras: "MU rusak karena Onana, akhlak rusak karena Vodka."

Di tengah aksi protes, massa menggelar istigasah di halaman Mapolda DIY, menunjukkan pendekatan spiritual dalam menyikapi masalah sosial ini. Abdul Muiz, Ketua GP Ansor DIY, menyampaikan peringatan keras kepada pihak berwenang.

"Tidak ada tempat bagi kekerasan di masyarakat dan kami tidak akan tinggal diam hingga semua pelaku menerima hukuman yang setimpal," tegas Muiz. Ia juga memperingatkan bahwa hilangnya kepercayaan pada aparatur negara bisa memicu tindakan di luar koridor hukum.

Merespons gelombang protes ini, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan mengumumkan keberhasilan polisi menangkap tujuh tersangka, termasuk pelaku penusukan yang ditangkap pada pukul 23.00 malam sebelumnya.

"Kejadian kemarin sungguh mengagetkan kami," ucap Suwondo sambil menyatakan rasa simpati dan tanggung jawabnya atas peristiwa tersebut.

Berdasarkan investigasi, insiden bermula pada Rabu (25/10) sekitar pukul 21.25 WIB di Jalan Parangtritis, Brontokusuman. Sekelompok sekitar 25 remaja yang sedang minum-minuman keras di sebuah kafe terlibat konflik yang berujung pada penusukan seorang santri yang sedang membeli sate, sementara santri lainnya menjadi korban pemukulan.

Aksi protes ini membawa dampak signifikan terhadap lalu lintas di sekitar Mapolda DIY, memaksa aparat melakukan pengaturan khusus di kawasan ringroad. Para demonstran menuntut tidak hanya pengusutan tuntas kasus penusukan, tetapi juga penertiban peredaran miras di Yogyakarta yang dianggap sebagai akar masalah.

Peristiwa ini menjadi sorotan serius mengingat Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan budaya kini menghadapi tantangan serius terkait keamanan dan peredaran minuman keras. Kasus ini juga menjadi momentum bagi evaluasi kebijakan pengendalian peredaran miras di wilayah DIY.

©2024. PT Intro Media Indonesia