Malahayati, Laksamana Wanita yang Menggetarkan Selat Malaka

01.11.2023 20:09
2-3 menit
Malahayati, memiliki nama lengkap Keumalahayati
Malahayati, memiliki nama lengkap Keumalahayati Perpusnas

Malahayati, laksamana wanita pertama di Nusantara, bahkan mungkin yang pertama di dunia modern. Di bawah kepemimpinannya, armada Kesultanan Aceh menjadi salah satu yang paling kuat di Asia Tenggara (Solichin Salam, 1995).

Keumalahayati, begitu nama lengkapnya, lahir pada tahun 1560 dan dikenal sebagai perempuan yang tangguh, kuat, dan cerdas (Adi Pewara, 1991). Sejak usia muda, ia telah mempelajari berbagai bidang ilmu dalam agama Islam dan menguasai berbagai bahasa. Selain Arab, Melayu, dan Aceh, ia fasih dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Inggris.

Ayahnya, Mahmud Syah, dan kakeknya, Muhammad Said Syah, sebelumnya juga menjabat sebagai laksamana. Semangat maritim dari leluhurnya itu turut mengalir dalam dirinya. Sejak kecil, ayahnya sering membawanya ke pelabuhan, memperkenalkannya pada kapal dagang dan kapal perang Kesultanan Aceh. Hal ini semakin memperkuat cintanya pada laut, dan ia bercita-cita menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya.

Meskipun sebagai seorang perempuan, Malahayati tidak membiarkan itu menghalangi dirinya untuk meraih cita-citanya. Ia memutuskan untuk mengikuti pendidikan militer di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis. Konon, di akademi itulah ia bertemu dengan seorang pemuda yang kelak menjadi suaminya.

Di antara instrukturnya, terdapat 100 perwira Turki yang sengaja dikirim untuk membina angkatan perang Aceh. Saat itu, Kesultanan Aceh memiliki hubungan dengan Kesultanan Turki.

Di akademi, Malahayati menunjukkan prestasi yang gemilang. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia diangkat sebagai Kepala Protokol Istana Darud Dunya.

Kisah kepahlawanannya bermula ketika Kesultanan Aceh di bawah kepemimpinan langsung Sultan Al Mukammil berperang melawan Portugis di Teluk Haru (Selat Malaka). Walaupun Kesultanan Aceh keluar sebagai pemenang dalam perang tersebut, mereka kehilangan dua laksamana dan seribu pasukan. Salah satu laksamana yang gugur adalah suami Malahayati. Dalam kegeraman atas peristiwa itu, Malahayati bertekad untuk terus melawan Portugis.

Malahayati kemudian mengajukan permohonan untuk membentuk pasukan yang terdiri dari para janda prajurit yang gugur. Permohonannya dikabulkan oleh sultan, dan ia diangkat sebagai laksamana untuk memimpin armada para janda (Inong Balee) tersebut.

Awalnya, pasukan Inong Balee terdiri dari sekitar seribu orang, tetapi kemudian bertambah menjadi dua ribu orang. Armada ini terdiri dari seratus kapal, setiap kapal dilengkapi dengan meriam dan lila (meriam kecil yang terbuat dari tembaga). Kapal terbesar bahkan dilengkapi dengan lima meriam dan mampu membawa sekitar empat hingga lima ratus orang.

Armada yang dipimpin oleh Malahayati ini menjadi salah satu yang terkuat di Selat Malaka, bahkan di Asia Tenggara.

Salah satu peristiwa besar yang menunjukkan keberaniannya adalah ketika ia dan pasukannya menyerang kapal Belanda. Di geladak kapal, ia bertarung satu lawan satu dengan penjelajah Belanda, Cornelis de Houtman. Dengan senjata rencong-nya, Laksamana Malahayati berhasil memenangkan pertarungan tersebut.

Selain sebagai laksamana yang tangguh, Malahayati juga dikenal sebagai seorang diplomat dan negosiator ulung. Ia beberapa kali dipercaya sebagai perwakilan negaranya dalam perundingan dengan pihak asing, seperti Inggris dan Belanda.

Sebagai seorang negosiator, ia mampu beradaptasi dengan fleksibel, tetapi tetap teguh pada prinsipnya. Kehandalannya dalam berunding membuat ia sangat dihormati oleh lawan-lawannya.

Atas prestasinya, namanya diabadikan dalam berbagai hal. Di antaranya sebagai nama pelabuhan (Pelabuhan Malahayati di Teluk Kreung Raya, Aceh Besar), nama universitas (Universitas Malahayati di Bandar Lampung), dan nama sebuah kapal perang (KRI Malahayati).

---

Referensi

intronesia logo

intronesia.id adalah patform media digital sebagai opsi ruang informasi yang menyajikan berita dan informasi secara proporsional dan objektif.  "cintai indonesia dengan caramu"

©2024. PT Intro Media Indonesia