Wali Songo, Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa dan Pengaruhnya Terhadap Budaya Nusantara

26.01.2020 04:01
3-5 menit
Wali Songo, Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa dan Pengaruhnya Terhadap Budaya Nusantara

Walisongo di kenal sebagai penyebar agama Islam terbesar di Pulau Jawa pada abad ke-14. Para walisongo tinggal di tiga wilayah penting pantai utara pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Tuban-Lamongan yang berada di provinsi Jawa Timur, sedangkan Demak, Kudus, dan Muria berada di provinsi Jawa Tengah, dan Cirebon berada di provinsi Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Para wali songo ini berdakwah di setiap bagian Nusantara negeri ini dengan mengajak masyarakat untuk masuk dalam agama Islam tanpa adanya sebuah paksaan sama sekali. Dalam setiap berdakwah setiap Sunan (Julukan walisongo) memiliki wilayahnya masing-masing, dan selain itu juga terdapat beberapa peninggalan yang menjadi bukti terhadap perannya dalam tersebarnya agama Islam di Negeri ini.

Para wali ini mendirikan Masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat mengajarkan agama atau berdakwah. Konon, mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan lembaga pendidkan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis.

Pada masa awal perkembangan agama Islam, sistem seperti ini disebut 'Gurukula', yaitu seorang guru menyampaikan ajarannya kepada murid yang duduk didepannya. Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, Ibadah, masalah moral juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.

Beberapa peran walisongo dalam menyebarkan ajaran agama Islam di antaranya adalah sebagai pelopor penyebar luasan agama Islam kepada masyarakat yang belum banyak mengenal ajaran agama Islam di daerahnya masing-masing, sebagai pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama Islam di masa hidupnya.

Sebagai orang yang ahli dalam bidang agama Islam, sebagai pemimimpin agama Islam di setiap daerah yang di pimpinnya, sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada setiap muridnya, sebagai kyai yang menguasai ajaran Islam secara luas dan sebagai tokoh masyarakat yang disegani di masa hidupnya.

Para walisongo tidak hidup persis secara bersamaan, namun hubungan mereka layaknya saudara, teman, guru dan murid, Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua, sunan Ampel merupakan putra dari Maulana Malik Ibrahim, sunan Giri yang juga merupakan keponakan dari Maulana Malik Ibrahim dan sepupu dengan sunan Ampel.

Sunan Bonang dan sunan Derajat merupakan putra dari sunan Ampel, sunan Kalijaga merupakan murid sekaligus teman dari sunan Bonang. Sunan Muria merupakan putra dan sunan Kalijaga, sunan Kudus merupakan murid dari sunan Kalijaga, dan sunan Gunung Jati merupakan sahabat dari para sunan lainnya, kecuali Maulana Malik Ibrahim karena lebih dahulu meninggal.

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

Nama para Walisongo

  • Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
  • Sunan Ampel (Raden Rahmat)
  • Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)
  • Sunan Drajat (Raden Qasim)
  • Sunan Kudus (Ja'far Shadiq)
  • Sunan Giri (Raden Paku atau Ainul Yaqin)
  • Sunan Kalijaga (Raden Sahid)
  • Sunan Muria (Raden Umar Said)
  • Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Makan Walisongo

Kesembilan wali tersebut di kenang atas jasa-jasanya, selain itu mereka di kenal sebagai tokoh penting Indonesia, oleh karena itu hingga saat ini adanya tradisi ziarah ke makam wali songo menjadi rutin di lakukan oleh kebanyakan orang masyarakat Jawa pada khususnya. Dalam menyebarkan ajaran Islam setiap wali singgah di daerah yang berbeda-beda, dan mengabdikan diri hingga wafat.

Makam sunan Ampel ini berada di kawasan wisata budaya Surabaya yang berdekatan dengan area pecinan kya-kya Kembang Jepun dan kampung Arab di Jawa Timur. Sunan Giri dan sunan Gresik makamnya berada di Kota yang sama yaitu kota Gresik, namun sunan Giri letaknya di puncak sebuah bukti kebomas Gresik, sedangkan sunan Gresik berada di dekat dengan pusat kota Gresik.

Sang legenda pemilik tembang tombo ati yaitu sunan Bonang ini makamnya berada di seberang masjid Agung Tuban, tepatnya di salah satu sisi alun-alun kota Tuban, Jawa Timur. Sedangkan makam dari sunan Derajat berada di daerah wisata Lamongan bukit tinggi dan di kelilingi oleh pepohonan yang luas. Sunan Kudus makamnya di letakkan di tengah bangunan yang menyerupai joglo.

Makam sunan Muria berada di gunung Muria Jepara, untuk makamnya sunan Kalijaga berada di pinggiran kota Demak, namun cukup dekat dengan kompleks pemakaman kerajaan Demak. Makam tersebut menjadi wisata sejarah dan religi populer di Demak. Sedangkan sunan Gunung Jati makamnya berada di Cirobon, dan makamnya di hiasi beberapa ornamen budaya Tiangkok.

intronesia logo

intronesia.id adalah patform media digital sebagai opsi ruang informasi yang menyajikan berita dan informasi secara proporsional dan objektif.  "cintai indonesia dengan caramu"

©2024. PT Intro Media Indonesia