Loading...
You are here:intronesia/intro./Martha Christina Tiahahu, Perjuangan Seorang Gadis Melawan Kolonialisme
Ilustrasi Martha Christina Tiahahu
Ilustrasi Martha Christina Tiahahu Fckjhon via Wikipedia

Martha Christina Tiahahu, Perjuangan Seorang Gadis Melawan Kolonialisme

09.11.2023 18:22 WIB
2-3 menit

Martha Christina Tiahahu adalah sosok yang sangat dihormati di Kepulauan Maluku. Ia lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di Desa Abubu dalam keluarga Tiahahu dari kelompok Soa Uluputi. Ia dikenal karena ketegasan dan keberaniannya.

Salah satu cerita yang menggambarkan keberaniannya adalah ketika ia kehabisan amunisi dalam pertempuran melawan Belanda, ia tidak pernah menyerah. Sebagai gantinya, ia melawan musuh dengan melempari mereka menggunakan batu.

Sejak kecil, Martha telah bergabung dengan ayahnya dalam melawan penjajah. Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, adalah salah satu pemimpin tentara rakyat Maluku.

Dengan rambut panjang yang terurai dan mengenakan ikat kepala merah, gadis belia ini mengangkat senjata untuk mendampingi ayahnya dalam melawan penjajah di Pulau Nusalaut dan Pulau Saparua.

Pada saat yang sama, Kapitan Pattimura juga sedang berperang melawan kekuasaan Belanda di Pulau Saparua. Perlawanan di Saparua kemudian meluas ke Nusalaut dan daerah sekitarnya.

Setelah ayah dan teman-temannya ditangkap dan dihukum mati, Martha melanjutkan perjuangan secara gerilya bersama masyarakat Maluku. Semangatnya membakar semangat perempuan Maluku lainnya untuk ikut berjuang. Inilah saat tentara Belanda harus berhadapan dengan kaum perempuan yang gigih dan berani turut bertempur.

Martha Christina Tiahahu akhirnya ditangkap pada bulan Desember 1817. Rencananya, ia akan diasingkan ke Pulau Jawa dan dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Namun, dalam perjalanan menuju tempat pengasingannya, kesehatannya semakin memburuk. Ia menolak pengobatan dan mogok makan. Pada tanggal 2 Januari 1818, setelah melewati Tanjung Alang, ia menghembuskan napas terakhir. Pemakamannya dilakukan di Laut Banda dengan penghormatan militer.

Untuk mengenang keberanian dan jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Martha Christina Tiahahu sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, dan tanggal 2 Januari ditetapkan sebagai Hari Martha Tiahahu.

Bagi Anda yang pernah berkunjung ke Maluku Tengah, tepatnya di Desa Abubu, Pulau Nusalaut, akan ditemui sebuah tugu perjuangan yang terdiri dari sebuah patung seorang gadis yang memegang tombak. Monumen ini didirikan untuk mengenang perjuangan seorang gadis belia bernama Martha Christina Tiahahu, yang berusia 17 tahun pada saat itu, dalam melawan penjajah Belanda.

Selain di Pulau Nusalaut, terdapat juga sebuah patung serupa di bukit Karang Panjang, Ambon. Perbedaannya terletak pada posisi tangan Martha Christina Tiahahu. Di Nusalaut, tangan kirinya menunjuk ke arah Benteng Beverwijk sementara tangan kanannya memegang tombak. Sementara itu, di Karang Panjang, tangan kanannya memegang tombak sementara tangan kirinya berada di pinggang.

Kedua monumen ini menjadi simbol keberanian kaum perempuan di Maluku yang mempertahankan tanah air mereka melawan penindasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda.

---

Referensi:

Cek berita, artikel, dan konten INTRONESIA di Google News