Organisasi sosial Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengatakan akan mengirimkan lima tim medis ke Palestina. Mereka pun meminta Kementerian Luar Negeri memfasilitasi mereka masuk ke wilayah Gaza.
Tim medis itu diketuai Presidium MER-C Faried Thalib. Empat anggota tim medis terdiri dari dokter anestesi, dokter orthopedi, dan dua teknisi.
"Tim yang berangkat ada lima orang. Ada dokter anestesi, orthopedi, dan dua orang adalah engineer. Satu pembantu engineer untuk stay di dalam Gaza," kata Faried dalam konferensi pers di kantor MER-C, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).
Namun, dia belum bisa memastikan kapan timnya akan berangkat ke Gaza. Sebab, perang antara Israel dan Palestina terus memanas.
"Kita sadari tidak mungkin kita masuk dalam waktu dekat ini, tapi kita harus ada di sekitar sana. Kita akan melalui Mesir," ujarnya.
Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad menyatakan korban akibat serangan Israel terus berdatangan ke rumah sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Menurutnya, rumah sakit mengalami kesulitan untuk melakukan pengobatan khususnya tindakan operasi
"Obat-obat bius, obat-obat yang menyangkut tentang bedah, alat-alat atau instrumen bedah semakin lama semakin menipis, karena jumlah korban yang begitu luar biasa. Ditambah dengan dokter yang kelelahan dengan jumlah yang sedikit, kelelahan sehingga menimbulkan hal yang tidak baik bagi pelayanan korban dan bagi dokter tersebut," ucapnya.
Karena itu, MER-C memandang perlu untuk mengirimkan tim bedah dan tim bantuan kemanusiaan ke Gaza Palestina.
Menurut Sarbini, MER-C dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI di Kairo gar bisa memfasilitasi tim medis dan tim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Kami minta kepada Kemenlu dalam hal ini pemerintah agar bisa membantu memfasilitasi tim ini untuk sesegera mungkin bisa masuk ke Gaza," kata Sarbini.
Jalur Gaza berkecamuk usai milisi Palestina, Hamas, menyerang pasukan Israel akhir pekan lalu. Hamas melancarkan serangan dengan menyebutnya sebagai operasi untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi, Sabtu (7/10).
Pasukan Israel tak tinggal diam dan membalas serangan Hamas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi. Operasi Israel ini menargetkan infrastruktur Hamas di Jalur Gaza.
Aksi saling serang ini terus berlanjut hingga kini. Ratusan jiwa pun tewas. Menurut saluran TV Israel, setidaknya 900 orang warga Israel meninggal dunia, sementara 2.600 lainnya luka-luka.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 600 warga Palestina tewas dan 3.726 lainnya terluka.