Gunung Gamalama terletak di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Pulau Ternate sendiri terletak di sebelah timur laut Pulau Sulawesi. Berbicara tentang Ternate, tidak akan lepas dari keberadaan Gunung Gamalama.
Gunung ini merupakan salah satu gunung vulkanik tinggi di Indonesia, dengan ketinggian mencapai 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama memiliki bentuk kerucut dan merupakan bagian integral dari Pulau Ternate. Selain itu, terdapat hutan hijau yang lebat di ketinggian 1.500 meter di sekitar gunung ini.
Selain keindahannya, Gunung Gamalama juga memiliki sejarah yang luar biasa terkait dengan perjalanan panjang manusia yang mendiami Ternate di masa lalu. Nama "Gamalama" berasal dari kata Kie Gam Lamo, yang berarti "negeri yang besar", dan menjadi simbol kebesaran bangsa yang tinggal di Pulau Ternate.
Salah satu legenda yang timbul dari letusan Gunung Gamalama adalah asal-usul Danau Tolire. Pada awalnya, Danau Tolire adalah desa yang bernama Soela Takomi, tetapi pada tahun 1775, letusan Gunung Gamalama menghancurkan desa tersebut beserta penduduknya.
Gunung Gamalama telah meletus lebih dari 60 kali. Letusan pertamanya tercatat pada tahun 1538 dan menewaskan ratusan orang. Letusan gunung ini sangat dahsyat sehingga langit Ternate tertutup dan penduduk Ternate mengungsi ke Tidore.
Meskipun letusan Gunung Gamalama yang besar dan terus-menerus meletus, penduduk Ternate tetap tinggal di sana. Bahkan, populasi penduduk Ternate terus bertambah seiring berjalannya waktu, menjadikan Ternate sebagai salah satu pusat aktivitas di Provinsi Maluku Utara.
Aktivitas letusan Gunung Gamalama juga berdampak pada kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang muncul adalah Kololie Kie, yang ditampilkan setiap tahun dalam festival Legu Gam.
Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang penduduk Ternate berupa ritual mengelilingi Gunung Gamalama sambil mengunjungi tempat-tempat dan makam keramat. Tradisi ini dilakukan sebagai upaya memanjatkan doa kepada Sang Kuasa dan leluhur agar Gunung Gamalama tetap tidak meletus.
Gunung Gamalama juga menjadi tantangan bagi para pendaki dan pecinta alam. Pendakian gunung ini tidak dikenakan biaya, namun para tetua adat biasanya menyarankan untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mendaki dan menjaga kebersihan alam. Selain itu, pendaki biasanya tidak diperbolehkan naik dalam jumlah ganjil karena kepercayaan penduduk setempat bahwa jumlah ganjil membawa sial.
Keberadaan Gunung Gamalama tidak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah penduduk Ternate. Selain itu, keindahan alam Gunung Gamalama memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Ternate, mulai dari mata pencaharian pertanian hingga pariwisata yang terkenal hingga ke mancanegara.
Meskipun terdapat kisah kelam mengenai letusan Gunung Gamalama yang tak terlupakan, kekayaan alam seperti perkebunan cengkeh dan pala di sepanjang lereng gunung juga patut dibanggakan sebagai bagian dari kekayaan Indonesia.